Tearmoon Empire Story I - Bab 60

Tearmoon Empire Story (WN)
Lakon 1 - Tuan Putri Yang Terpancung


Src: https://ncode.syosetu.com/n8920ex/62




60 - Kejuaraan Berpedang 3 -Pertandingan Abel-


"Kalau begitu, mari kita mulai pertandingan penyisihan ke-tujuh. Peserta Abel Remno, Peserta Gain Remno, silakan naik ke arena."

Mendengar panggilan dari wasit, Abel menghela nafas kecil dan kemudian ia dengan tenang menginjakkan kaki menaiki tangga arena. Begitu ia mencapai tengah arena, ia menghunus perangnya dari sarungnya dan mengangkatnya.
Berdiri di depannya sambil menghunus pedang latihannya, adalah saudaranya, yang telah tak terhitung berapa kali dia mengalahkannya.
Ketegangan suasana membuat perutnya seperti teraduk-aduk.

――Tapi, aku tidak boleh kalah disini.

Menggenggam pegangan pedangnya lebih erat, ia memfokuskan pandangannya pada saudaranya, Gain Remno.

"Baiklah, kalau begitu, mari lihat seberapa dewasa kau telah tumbuh, baik? Saudara kecilku."

Ucap saudaranya sambil menyandarkan pedangnya di bahu dan menyeringai disertai senyum mencibir. Dan dalam sekejap dia mengikis jarak antara mereka dan melancarkan tebasan.

"Guh..."

Di saat ia menerima tebasan berat saudaranya, bilah pedangnya berderit.
Rasa mati rasa menjalar di kedua lengannya dan ia hampir melepaskan cengkeramannya.
Meskipun bilahnya hancur, bagaimanapun itu adalah pedang logam tangguh. Jika ia terkena tebasan darinya, ia tidak akan teriris. Paling tidak ia hanya akan menderita memar. Namun jika ia terkena serangannya dengan buruk, wajar jika ia akan menderita patah tulang.
Abel merasakan bahwa tubuhnya secara alami menegang mengingat akan perasaan rasa sakit patah tulang yang ditimbulkan oleh saudaranya itu beberapa tahun lalu.

"Hnn, yah, begitulah adanya, kau ini."

Abel menggemertakkan giginya pada saudaranya yang memandang rendah akan dirinya dengan penghinaan.

――Guh, kuat.

Bagi anak laki-laki di awal masa pertumbuhan, tubuh mereka tumbuh dengan pesat tiap tahun. Oleh karenanya, dengan perbedaan usia antara dirinya dan saudaranya melahirkan perbedaan kekuatan yang mutlak.
Mencemooh Abel yang dalam posisi bertahan, Gain melanjutkan,

"Tapi, kau telah menjerat seorang gadis yang baik, Abel."
"Eh?"

Saling beradu pedang menimbulkan situasi memanas, Gain memandang Abel.

"Kau lemah, tapi kau telah menaklukkan seorang Tuan Putri dari Kekaisaran. Ayahanda pasti akan sangat senang mendengarnya."

Dengan senyuman nir-budi, Gain mengalihkan pandangannya ke punggung Abel yang mana disana duduklah Mia menonton pertandingan Abel.

"Meski begitu, dia cukup pendiam hari ini. Hnn, meskipun dia dijuluki sebagai Kebijaksanaan Kekaisaran, bagaimanapun dia masihlah hanya bocah belaka. Kupikir menggertaknya sedikit akan membuatnya lebih jinak, dan kurasa aku benar."
"Itu...."

Salah, ia ingin menyangkal ucapan saudaranya. Namun, saudaranya menyela dan kata-katanya berlanjut.

"Jika dia memutuskan untuk menikah denganmu, Abel, akan aku pastikan mengirimnya ke negeri kita. Dia akan tinggal denganku sepekan atau lebih, dan akan aku pastikan juga dia akan terlatih dengan baik."

Di benak Abel terlintas tentang ibunya, saudari-saudarinya, dan para wanita pelayan istana.

"Kau hanya perlu mengajarkan padanya sedikit rasa sakit, dan kemudian dia akan menurut. Itu jauh lebih nyaman juga. Lalu, Kekaisaran pasti akan melakukan yang kau inginkan...."

Pemandangan gadis-gadis yang dianiaya, diperlakukan kasar, dan kadang menerima kekerasan,..... penampilan mereka dengan mata gelap dan mati tumpang tindih dengan sosok Mia.
Detak jantungnya, yang sebelumnya berdetak dengan hebatnya, berangsur-angsur menenang. Bidang pandang di depannya berangsur-angsur menjadi lebih jelas pula.
Jika ia terhantam tebasan pedang kakaknya, pasti menyakitkan, dan mungkin ia akan menderita luka yang cukup.
Tapi, aku sama sekali tidak peduli akan hal itu...... Aku menyadari bahwa ada suatu hal yang jauh lebih penting dari sesuatu semacam itu.

"Kakanda."

Saat ia menyadari, mulutnya telah terbuka dan sepatah kata telah terlontar.
Abel sendiri merasa terkejut akan betapa dinginnya nada dari kata yang terlontar dari mulutnya.

"Hnmm?"

Gain juga memerhatikan perubahan nada suara Abel.
Dia menghunus pedangnya dan memasang kuda-kuda.

"Kau boleh saja memuntahkan semua perkataan buruk terhadapku sesukamu. Silakan, jangan segan-segan dan tak perlu menahan diri."

Seru Abel sambil menatap tajam saudaranya.

"Namun jika kau melontarkan kata-kata yang menistakan Putri Mia lebih jauh, maka....."

Sosok dirinya yang dijuluki sebagai Kebijaksanaan Kekaisaran, kecemerlangannya secara paksa dirampas...
Tidak mungkin diriku akan membiarkan hal itu terjadi.

"Maka? Apa?"

Tanggap Gain sambil mengayunkan pedang dengan satu lengan. Mengamati sikap bodoh itu dengan tenang, Abel mengubah kuda-kuda tubuh atasnya.
Kuda-kuda itu, sikap yang mengerahkan segala yang ia miliki menjadi serangan tunggal, adalah kuda-kuda Jurus Pertama dari Seni Berpedang Keluarga Kerajaan Remno yang telah diwariskan secara turun-temurun. (PTW/N: Buchin no Kokyu - Ichi no kata! )
Kuda-kuda itu memfokuskan pada serangan yang lebih cepat dari lawan, memusatkan pada satu titik dan mengabaikan pertahanan. Kuda-kuda itu adalah kuda-kuda yang kesemuanya hanya untuk serangan.
Maenyaksikan ini, Gain kembali mencibir.
Itu karena kuda-kuda itu adalah kuda-kuda dasar pertama yang pendekar pedang pemula pelajari.

"Jurus Pertama? Yah, bagimanapun ini adalah kau, benar?"

Terhadap saudaranya yang mengubah sikap kuda-kudanya dengan santai. Abel menghirup dan menghembuskan nafas, menatap tegas ke arah saudaranya yang belum pernah sekalipun ia kalahkan.
Dia akan membuat langkah!
Bum! Suara langkah berat bergema di arena.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu menistakan beliau lebih jauh!"

Teriak Abel sambil mengayunkan pedangnya pada saat yang sama.
Dibawah sinar matahari, bilahnya yang semakin mempercepat, berubah menjadi seberkas kilatan.





Pertarungan itu....... berlangsung dalam sekejap.





"Eh......Uuua.... gyaaaaa!"

Gain mengeluarkan suara jerit kesakitan yang menyedihkan. Disertai suara, pedangnya lepas dari tangannya.
Pedang Abel dengan kuat menghantam bahunya.

"Pertandingan selesai!"

Umum sang wasit. Segera setelah itu, arena dibanjiri dengan gemuruh suara sorak-sorai.
Dengan tertegun, Abel menatap saudaranya saat ia dibawa petugas, dan,

"Pangeran Abel!"

Suara yang ia dengar itu dari suatu tempat membuat bahunya mengendur.

~"(This is a Translation Content of pemudatunawisata.my.id. so, read only on my site)"~

[Akhir Bab]


Terima kasih telah membaca disini
Bila ada salah-salah kata, dsb. bisa beritahu di komentar.

Terima Kasih Telah Singgah!
😁👍

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak berupa komentar
Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk mendukung


Support Bujangga on:

Post a Comment

Post a Comment

Free to post any comment, but...
Please don't spam, toxic, and disrespect to others.